9 September 2024
400 juta siswa di seluruh dunia terdampak penutupan sekolah akibat cuaca ekstrem sejak 2022, menurut laporan baru dari Bank Dunia.
Anak-anak di negara-negara berpendapatan rendah menjadi kelompok paling terdampak. Rata-rata, mereka kehilangan 18 hari sekolah hilang setiap tahunnya akibat cuaca ekstrem. Sedangkan anak-anak di negara yang lebih kaya kehilangan 2,4 hari sekolah akibat cuaca ekstrem, sebagaimana dilansir Euronews, Rabu (4/9/2024).
Laporan tersebut juga menemukan, seorang anak berusia 10 tahun pada 2024 akan mengalami banjir tiga kali lebih banyak, kekeringan lima kali lebih banyak, dan gelombang panas 36 kali lebih banyak sepanjang hidup mereka dibandingkan dengan anak berusia 10 tahun pada 1970. Bahkan ketika sekolah dibuka, anak-anak masih bisa kehilangan kesempatan belajar karena perubahan iklim.
Di Brasil misalnya, siswa di 50 persen kotamadya termiskin dapat kehilangan setengah tahun belajar karena panas ekstrem. Wakil Presiden Bidang Pengembangan Manusia Bank Dunia Mamta Murthi mengatakan, anak-anak menjadi kelompok yang secara langsung terdampak krisis iklim.
Di satu sisi, kata Murthi, mereka menjadi kelompok yang paling bersemangat beraksi untuk mengatasi perubahan iklim. “Namun, sistem pendidikan tidak memberikan informasi, keterampilan, dan peluang yang mereka butuhkan di dunia yang terdampak iklim,” kata Murthi. Dia pun menyayangkan kondisi tersebut. Sebab inilah waktu yang tepat untuk merevolusi pendidikan sehingga manusia dapat beradaptasi dan mengurangi krisis iklim.
PENDANAAN
Pendidikan tidak hanya terancam oleh perubahan iklim, tetapi juga sangat diabaikan dalam hal pendanaan iklim. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa hanya 1,5 persen dari pendanaan penting ini yang digunakan untuk pendidikan.
Namun, estimasi baru dalam laporan Bank Dunia menunjukkan, jumlah pendanaan yang relatif kecil saja dapat membantu sekolah beradaptasi dan meminimalkan hilangnya pembelajaran.
Investasi satu kali sebesar 18,51 dollar AS (Rp 280.000) per siswa saja dapat membantu menjaga pembelajaran dari perubahan iklim dengan meningkatkan suhu ruang kelas, membangun infrastruktur yang tangguh, dan melatih guru.
Direktur Global untuk Pendidikan Bank Dunia Luis Benveniste menuturkan, ada banyak langkah yang berbiaya rendah dalam memanfaatkan pendidikan dan pembelajaran untuk aksi iklim sambil mengadaptasi sistem pendidikan terhadap perubahan iklim.
“Meningkatkan infrastruktur sekolah, memastikan keberlanjutan pembelajaran, dan memanfaatkan siswa dan guru sebagai agen perubahan positif yang efektif, semuanya dapat berkontribusi pada planet yang lebih layak huni,” ujar Benveniste.
Dari Kompas.com