MIM JAWA TENGAH 10, SEPTEMBER 2024
Angka deflasi kota penyangga IKN ini sebesar 0,20 persen secara mtm pada Agustus 2024.
Tingkat deflasi tersebut lebih dalam dibandingkan deflasi bulan Juli 2024 yang sebesar 0,09 persen secara bulanan.
Capaian bulanan tersebut membuat level inflasi tahunan Kota Balikpapan menjadi sebesar 2,26 persen yoy atau sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional (2,12 persen yoy) dan inflasi gabungan empat Kota di Provinsi Kalimantan Timur (2,13 persen yoy).
Kepala BI Perwakilan Balikpapan dan Penajam Paser Utara (PPU) Robi Ariadi menuturkan, selain tiket pesawat, komoditas penyumbang deflasi tertinggi lainnya secara mtm di Kota Balikpapan pada bulan Agustus 2024 yaitu ikan layang, kangkung, bawang merah, dan daging ayam ras.
“Penurunan harga ikan layang sejalan dengan peningkatan hasil tangkapan nelayan seiring preferensi konsumsi masyarakat yang stabil terhadap ikan layang,” ujar Robi, Rabu (4/9/2024).
Selanjutnya, penurunan harga bawang merah terjadi seiring dengan masuknya masa panen di beberapa daerah sentra produksi di Jawa. Pasokan yang meningkat juga terjadi pada komoditas kangkung.
Di sisi lain, beberapa komoditas mengalami kenaikan harga (inflasi) sehingga menahan deflasi lebih lanjut antara lain cabai rawit, bensin, popok bayi sekali pakai/diapers, dan tarif kendaraan travel. Kenaikan harga cabai rawit disebabkan oleh menurunnya pasokan dari wilayah produsen terutama Jawa.
Aktivitas Ekonomi Tak Terganggu
Merujuk survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Balikpapan pada Agustus 2024, level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini mengalami peningkatan dibandingkan bulan Juli 2024.
Peningkatan tersebut didorong oleh penguatan optimisme konsumen terhadap penghasilan saat ini dan ketersediaan lapangan kerja.
Namun demikian, ke depan, inflasi daerah perlu terus diwaspadai seiring peningkatan curah hujan yang berpotensi menyebabkan banjir sehingga mendisrupsi ketersediaan pasokan pangan.
Dari Kompas.com