Tim Civic Culture Folklore Berhasil Mengembangkan Model Pembelajaran Sastra di Perguruan Tinggi Berbasis Folklore untuk Memperkuat Civic Culture Calon Guru Sekolah Dasar

- Jurnalis

Thursday, 19 September 2024 - 13:18 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

MIM,19 September 2024

Mediaindonesiamaju.com // Tim Civic Culture Folklore berhasil mengembangkan model pembelajaran sastra pada perguruan tinggi berbasiskan folklore untuk memperkuat civic culture calon guru sekolah dasar melalui metode grounded theory. Sejatinya model itu bertujuan untuk membina kompetensi calon guru sekolah dasar yang memahami kearifan lokal dan wawasan kebangsaan, termasuk menjadikannya selaku spirit moral dalam melakukan aktivitas pengajaran yang bermutu.


Tim pengembang dalam riset ini diketui oleh S. Nailul Muna Aljamaliah, M.Pd., dengan anggota yaitu, Dr. Tita Mulyati, M.Pd., dan Dr. Dinie Anggraeni Dewi, M.Pd., dengan asisten mahasiswa, yaitu Agil Nanggala, Ayu Rahmawati, Alya Rahmadiyani dan Maesa Atmia Putri.

Substansi riset ini adalah integrasi model pembelajaran sastra berbasis folklore terhadap pembelajaran kewarganegaraan yang berfokus pada civic culture calon guru sekolah dasar, juga pelestarian kearifan lokal Indonesia.


Sejatinya Indonesia multikultur secara budaya dan plural secara agama sehingga perlu menjadi modal sosial dalam membangun karakter calon guru sekolah dasar yang transformatif. Terlebih salah satu bentuk kebudayaan Indonesia adalah folklore selaku cerita rakyat yang memiliki nilai-nilai positif selaku representasi Pancasila, sehingga visi integrasi pendidikan dan kebudayaan secara nyata terwujud.

Baca Juga :  Kesan Jokowi Perdana Mendarat Mulus di Bandara IKN


Folklore mencerminkan civic culture atau budaya kewarganegaraan, yang mampu dihasilkan melalui pembelajaran sastra dan pembelajaran kewarganegaraan yang inklusif. Optimasi grounded theory dalam pengembangan model pembelajaran sastra pada perguruan tinggi berbasis folklore untuk memperkuat civic culture calon guru sekolah dasar karena berupaya mengembangkan teori civic culture dan folklore yang integratif untuk pembelajaran sastra yang mengakomodir konsep kewarganegaraan juga pembelajaran kewarganegaraan yang memuat konsep sastra atau folklore. Secara gradual yaitu:

Narasumber ahli pada praktik metode grounded theory adalah TS pakar Bidang Pendidikan Kewarganegaraan dan SN pakar citizenship science, lalu GHW pakar sastra dan culture, dengan waktu penelitian yaitu, Juli 2024 s.d Agustus 2024, maka hasil pandangan akademik itu direlevansikan dengan realitas pembelajaran modern Abad 21 dan kebutuhan pelestarian budaya, sehingga menjadi model pembelajaran sastra pada perguruan tinggi berbasis folklore untuk memperkuat civic culture calon guru sekolah dasar.


Sejatinya penerapan model pembelajaran sastra di perguruan tinggi berbasiskan folklore untuk memperkuat civic culture calon guru sekolah dasar yang terkonfirmasi melalui teknik wawancara juga observasi menegaskan bahwa mahasiswa selaku calon guru sekolah dasar memahami konsep wawasan nusantara, folklore, juga civic culture, yang diintegrasikan pada pembelajaran sastra juga pembelajaran kewarganegaraan. Termasuk menjadi civic campaign untuk pengenalan civic culture dan folklore pada siswa sekolah dasar, selaku warga negara muda.

Baca Juga :  Keren! GT Radial Terus Lanjutkan Konsistensinya Di Motorsport Indonesia


Penerapan model pembelajaran sastra di perguruan tinggi berbasiskan folklore untuk memperkuat civic culture calon guru sekolah dasar secara gradual, mengarah pada: 1) perampungan landasan berpikir teoretis, 2) finalisasi folklore selaku analisis kasus pembelajaran, 3) presentasi dan diskusi mahasiwa atau calon guru sekolah dasar, 4) refleksi bersama dosen pengampu, 5) project citizens, dan 6) sosialisasi masif.

Sejatinya model pembelajaran sastra di perguruan tinggi berbasiskan folklore untuk memperkuat civic culture calon guru sekolah dasar adalah upaya pelestarian budaya lokal secara formal dan non-formal melalui pembelajaran sastra dan civic education.

Penulis: Agil Nanggala

(Fiqih)

Berita Terkait

Program Makan Gratis Pemerintah, Peneliti Indonesia Harapkan 3 Hal
Spanduk Kampanye Paslon Pilkada Pati Dirusak: Malam Pasang, Pagi Sudah Rusak
Ekonomi Sulit, Pedangang Menjerit
Prabowo Gelar Sidang Kabinet Paripurna Perdana Hari Ini
Sritex Menghadapi Tantangan Besar: Pengumuman Pailit Perusahaan Tekstil
Riset Microsoft: Ada 600 Juta Serangan Siber per Hari, Password Jadi Target Utama
7 Rekomendasi Menarik untuk Pemberian MPASI dari WHO yang Wajib Diketahui!
Prabowo Bakal Terbitkan Perpres untuk Hapus Utang 6 Juta Petani dan Nelayan
Berita ini 3 kali dibaca

Berita Terkait

Friday, 25 October 2024 - 08:12 WIB

Program Makan Gratis Pemerintah, Peneliti Indonesia Harapkan 3 Hal

Friday, 25 October 2024 - 08:09 WIB

Spanduk Kampanye Paslon Pilkada Pati Dirusak: Malam Pasang, Pagi Sudah Rusak

Thursday, 24 October 2024 - 09:51 WIB

Ekonomi Sulit, Pedangang Menjerit

Thursday, 24 October 2024 - 09:40 WIB

Prabowo Gelar Sidang Kabinet Paripurna Perdana Hari Ini

Thursday, 24 October 2024 - 09:07 WIB

Sritex Menghadapi Tantangan Besar: Pengumuman Pailit Perusahaan Tekstil

Berita Terbaru

Berita

Pemkot Salurkan Bansos Sembako Ratusan Lansia dan Disabilitas

Thursday, 24 Oct 2024 - 17:37 WIB