Cerita ‘Tugu Manten’ di Klaten, Disebut Penanda Wilayah Era Mataram Kuno

- Jurnalis

Friday, 27 September 2024 - 09:05 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

MIM, JAWA TENGAH, 27 SEPETEMBER 2024

Tugu batu dengan bentuk menyerupai lingga yang berada di Desa Brangkal, Kecamatan Karanganom, Klaten, selamat dari proyek Tol Jogja-Solo. Konon, tugu tersebut merupakan batas wilayah zaman kerajaan Mataram kuno. “Itu tugu perbatasan Mataram Kuno. Dari dulu ten mriku (di situ) agak miring kemudian diperbaharui oleh pihak desa,” ungkap warga setempat, Mulyono, kepada detikJateng, Kamis (26/9/2024).

Menurut Mulyono, batu tersebut tetap berdiri di pinggir tol lantaran memang sengaja dihindari. Apalagi, tugu tersebut pernah didata oleh petugas purbakala. Tugu tersebut dirawat warga sekitar lantaran dianggap peninggalan sejarah. “Ya untuk sejarah, peninggalan priyayi riyin (orang dulu). Panjang cuma sekitar satu meteran, tidak pernah dipindah,” jelas Mulyono yang juga ikut merapikan batu tugu tersebut beberapa tahun lalu.

Baca Juga :  TNI Membangun Kekuatan Ketiga Potensi ancaman terhadap kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) membuat organisasi Tentara Nasional Indonesia (TNI) bergerak mengikuti zaman

Batu tersebut memiliki tinggi sekitar satu meter dan berbahan batu andesit. Bentuknya menyerupai kapsul dan di bagian bawahnya berbentuk segi delapan serta segi empat yang bertumpuk. Batu yang lebih mirip stupa candi itu tampak dipagari tembok setinggi satu meter dengan pintu masuk di sisi selatan yang bertuliskan “Batu Manten” di bagian kanan pintu masuk. Jarak batu itu hanya sekitar 15 meter dari bangunan Tol Jogja-Solo.

Batu itu sudah didata petugas purbakala dan dinas kebudayaan. Saat digali, panjangnya sekitar satu meter. “Setelah digali ternyata hanya pendek, panjangnya satu meteran. Katanya itu tugu sejak zaman Mataram kuno,” ungkap Haryanto. Lebih lanjut, Haryanto mengungkapkan alasan mengapa batu itu disebut “Batu Manten”. Menurutnya, orang tua dulu percaya bahwa orang-orang yang ingin menjadi pengantin atau manten tidak boleh melewati batu tersebut. Namun, dirinya tak mengetahui secara pasti apa alasannya.

Baca Juga :  Bonus Rp 250 Juta Di Dapatkan oleh Atlet Paralimpiade 2024 Meski Tak Peroleh Medali

“Ada sejak dulu. Menurut cerita orang-orang tua dulu, siapa yang mau jadi manten tidak boleh lewat jalan sebelahnya, jadi disebut Tugu Manten,” imbuhnya. Sementara itu, menurut analis Cagar Budaya dan Koleksi Museum Dinas Kebudayaan Pemuda Olahraga dan Pariwisata Pemkab Klaten, Wiyan Ari Tanjung, batu itu sudah didata sejak tahun 2020. Batu itu merupakan lingga patok. “Sudah didata. Itu lingga patok sebagai penanda batas wilayah sima atau tanah perdikan pada masa Mataram Kuno,” jawab Wiyan Ari.

Dari detikjateng

Berita Terkait

Ekonomi Sulit, Pedangang Menjerit
Prabowo Gelar Sidang Kabinet Paripurna Perdana Hari Ini
Sritex Menghadapi Tantangan Besar: Pengumuman Pailit Perusahaan Tekstil
Riset Microsoft: Ada 600 Juta Serangan Siber per Hari, Password Jadi Target Utama
7 Rekomendasi Menarik untuk Pemberian MPASI dari WHO yang Wajib Diketahui!
Prabowo Bakal Terbitkan Perpres untuk Hapus Utang 6 Juta Petani dan Nelayan
Dampak Siklon Tropis Trami bagi Indonesia
Penerapan BPKB Elektronik di Indonesia: Lebih Mudah dan Cepat
Berita ini 4 kali dibaca

Berita Terkait

Thursday, 24 October 2024 - 09:51 WIB

Ekonomi Sulit, Pedangang Menjerit

Thursday, 24 October 2024 - 09:07 WIB

Sritex Menghadapi Tantangan Besar: Pengumuman Pailit Perusahaan Tekstil

Thursday, 24 October 2024 - 09:06 WIB

Riset Microsoft: Ada 600 Juta Serangan Siber per Hari, Password Jadi Target Utama

Thursday, 24 October 2024 - 09:02 WIB

7 Rekomendasi Menarik untuk Pemberian MPASI dari WHO yang Wajib Diketahui!

Thursday, 24 October 2024 - 08:59 WIB

Prabowo Bakal Terbitkan Perpres untuk Hapus Utang 6 Juta Petani dan Nelayan

Berita Terbaru

Berita

Pemkot Salurkan Bansos Sembako Ratusan Lansia dan Disabilitas

Thursday, 24 Oct 2024 - 17:37 WIB

Berita

Ekonomi Sulit, Pedangang Menjerit

Thursday, 24 Oct 2024 - 09:51 WIB