MIM, JAWA TENGAH, 11 OKTOBER 2024
Profesor Demis Hassabis Raih Nobel Kimia 2024 Berkat Terobosan dalam Protein
Ilmuwan komputer asal Inggris, Profesor Demis Hassabis, telah meraih Nobel Kimia 2024 untuk inovasi revolusionernya dalam memahami protein—blok penyusun kehidupan. Di usia 48 tahun, Hassabis, CEO Google DeepMind, diakui sebagai salah satu CEO terpintar di dunia oleh perusahaan teknologi Preply.
Penghargaan ini diberikan kepada Hassabis, Profesor John Jumper, dan Profesor David Baker, yang secara bersama-sama mengubah cara kita mempelajari protein dengan memanfaatkan kecerdasan buatan (AI). Mereka berhasil memecahkan kode hampir semua protein yang dikenal, sebuah pencapaian yang dipuji oleh Komite Nobel. Baker, seorang ahli biokimia dari AS, dikenal karena menciptakan jenis protein baru yang sebelumnya dianggap mustahil.
Hassabis dan Jumper mendapat pengakuan khusus karena mengembangkan model AI yang memprediksi struktur tiga dimensi protein dari urutan asam amino. Dengan inovasi ini, mereka dapat memprediksi struktur hampir semua dari 200 juta protein yang diketahui, melalui program AI mereka, AlphaFold Protein Structure Database. Alat ini telah digunakan oleh lebih dari 2 juta peneliti di seluruh dunia, berfungsi layaknya “Google” untuk struktur protein, mempercepat kemajuan dalam biologi dan ilmu terkait.
Pemahaman yang lebih baik tentang protein membuka jalan untuk terobosan besar dalam kedokteran, termasuk upaya mengatasi resistensi antibiotik dan pengembangan enzim yang dapat mengurai plastik. Dalam konferensi pers, Hassabis menyatakan, “Menerima Nobel adalah kehormatan seumur hidup. Saya mendedikasikan hidup saya untuk AI karena saya percaya pada potensinya untuk mengubah dunia.”
Sebelum terobosan di bidang protein, Hassabis dan Jumper telah dikenal luas karena mengembangkan program yang mampu mengalahkan pemain Go, permainan legendaris asal China. Adrian Smith, presiden Royal Society, menambahkan, “Demis bukan hanya peneliti pionir, tetapi juga seorang visioner dalam mengarahkan AI untuk menyelesaikan tantangan besar sains dan memberikan manfaat bagi masyarakat.”
Sementara itu, Baker memanfaatkan metode komputerisasi untuk menciptakan protein baru dengan fungsi unik, membuka peluang luar biasa dalam pengembangan obat dan vaksin. Johan Aqvist, anggota komite Nobel, mengungkapkan, “Dengan teknologi ini, kita hampir dapat membangun semua jenis protein. Potensi penggunaannya sangat luas.”
Dengan hadiah sebesar USD 1 juta, ketiga ilmuwan ini tidak hanya mengukir prestasi dalam sains, tetapi juga menandai era baru dalam penelitian biologi yang dapat menguntungkan umat manusia.
alya-red