MIM,JAWA TENGAH,17 OKTOBER 2024
Seluas 1.020.772 hektar lahan di Jawa Tengah berisiko mengalami tanah longsor saat musim penghujan. Dalam hal ini, Kabupaten Wonogiri memiliki risiko longsor paling tinggi seluas 62.568 hektar.
Kepala BPBD Jawa Tengah, Bergas Catursasi Penanggungan mengatakan, sebaran daerah rawan longsor berada di wilayah pegunungan. “Sebetulnya, kalau dikatakan banjir longsor itu kalau yang longsor itu jelas daerah pegunungan lah,” ujar Bergas usai Rakor Menghadapi Musim Penghujan di kantornya, Rabu (16/10/2024).
Daerah dengan risiko tinggi tanah longsor
Selain Wonogiri, Kabupaten Cilacap dan Banjarnegara juga memiliki lahan terluas yang berisiko tinggi mengalami tanah longsor.Perinciannya yakni Cilacap dengan risiko tinggi tanah longsor seluas 58.448 hektar dan Banjarnegara seluas 53.277 hektar. Berikutnya ada Banyumas, Brebes, Temanggung, Purworejo, Kebumen, dan kawasan pegunungan lainnya.
Menurut Bergas, masih banyak hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menghadapi potensi bencana di musim penghujan di daerah-daerah tengah atau pegunungan di Jateng. “Tidak hanya dari BPBD sendiri, tapi termasuk dinas teknis ya. Kita bicaranya, sudah mengarah kepada apa yang harus dilakukan pada saat terjadi kejadian, komunikasinya gimana. Maka kita berharap banyak, tadi kan ada dari teman-teman dari BMCK ya berkaitan dengan kesiapan alat berat, terus juga PUPR kabupaten kota untuk mempersiapkan alat berat,” imbuh dia. Sementara itu Dinas Pekerjaan Umum, Sumber Daya Air dan Penataan Ruang (Pusdataru) mengaku telah menyiapkan pompa dan peralatan sarpras untuk mengatasi banjir. Lebih lanjut, dia mengimbau agar masyarakat mewaspadai banjir dan longsor.
Tanda-tanda longsor
Bagi mereka yang tinggal di daerah dataran rendah dan sekitar aliran sungai besar harus selalu waspada terhadap kemungkinan banjir. Sementara itu, masyarakat di daerah perbukitan atau pegunungan perlu memperhatikan tanda-tanda awal longsor, seperti retakan tanah dan suara gemuruh dari lereng bukit.
arnestya-red