MIM , Kalimantan 21 Oktober 2024
“Kami menemukannya terbaring di rerumputan, tak lagi berdaya, tak mampu bergerak. Hanya satu meter dari kami, di bawah naungan pohon, ia melepaskan nafas terakhirnya. Saya letakkan kamera, kami saling menatap dalam keheningan yang panjang. Saya ingin dia tahu, bahwa di detik-detik terakhirnya, ia tidak sendirian dalam perjuangan melawan tarikan nafasnya yang semakin berat. Hingga akhirnya, satu tarikan terakhir, dan dia pun pergi.”
Raja sudah tiada.
Hidup ini begitu singkat. Kekuatan datang dengan gemilang, namun cepat berlalu. Kecantikan fisik hanyalah ilusi yang terhapus oleh waktu, terlihat jelas dalam tubuh singa yang dulu gagah, dan pada manusia yang menua. Pada akhirnya, setiap makhluk, jika diberi waktu cukup lama, akan merasakan kelemahan, kerentanan, dan akhirnya kepasrahan.
Kekuasaan, betapapun besar, pasti berakhir. Sehebat apa pun kita mencoba mempertahankan sisa-sisa kejayaan, semua akan pudar seiring waktu.
Namun, apakah kekuasaan hanya untuk dinikmati sementara, atau untuk diwariskan abadi dalam jejak yang berarti? Kita diberi kekuatan bukan hanya untuk memerintah, tetapi untuk melindungi yang paling lemah, yang terpinggirkan. Keabadian tidak datang dari takhta atau mahkota, tetapi dari perbuatan yang melampaui waktu. Berbuatlah untuk mereka yang paling membutuhkan, karena di sanalah kekuasaan menemukan maknanya yang sejati.
Gunakan kekuasaan bukan untuk memuaskan hasrat diri, tetapi untuk menciptakan warisan yang hidup selamanya—dalam kebaikan, kebijaksanaan, dan amal shaleh yang mengalir tanpa henti.
(Fauzianoor)