MIM, JAWA TENGAH, 23 OKTOBER 2024
Raden Saleh, yang dijuluki Bapak Seni Lukis Modern Indonesia, meninggalkan warisan yang mendalam dalam dunia seni. Salah satu karyanya yang paling ikonik, “Perburuan Banteng,” terjual dengan harga luar biasa Rp 120 miliar di Prancis. Namun, di Galeri Nasional Indonesia (GNI), terdapat lukisan tertua yang kini dipamerkan dalam acara “Flaneur: Kembara Lintas Dunia” hingga 15 November 2024, menanti untuk dieksplorasi.
Lukisan berukuran 74 x 98 sentimeter ini adalah cat minyak di atas kanvas, menggambarkan momen mencekam ketika dua kapal terombang-ambing di tengah gulungan ombak. “Lukisan ini diciptakan pada tahun 1840 dan menjadi salah satu karya paling kontroversial di GNI,” jelas kurator pameran, Alam Wisesha, dalam tur pers di Gedung A GNI, Jakarta Pusat.
Alam menambahkan bahwa banyak penggemar Raden Saleh mengenal cerita tentang Bendera Belanda yang dirusak, meskipun peristiwa itu baru terjadi pada tahun 1850-an, setelah ia menciptakan lukisan legendaris “Penangkapan Diponegoro.” “Kapal Tenggelam,” judul lukisan tersebut, terinspirasi dari pengalaman Raden Saleh saat berlayar dari Indonesia ke Eropa. Selama perjalanan panjangnya, ia menyaksikan kapal British Marine Vessel yang terkena badai pada awal tahun 1840.
Karya ini tidak hanya menggambarkan suasana yang dramatis, dengan awan gelap dan ombak tinggi, tetapi juga menampilkan sinar matahari yang terlihat muncul dari balik awan, menciptakan kontras yang menarik. Raden Saleh, atau Raden Saleh Syarif Bustaman, adalah seniman Jawa pertama yang belajar dan melukis di Eropa berkat beasiswa dari pemerintah Belanda. Melalui karyanya, Raden Saleh berhasil menyampaikan pengalaman pribadi dan kedalaman emosional yang luar biasa, menjadikannya sosok yang sangat dihormati dalam sejarah seni lukis Indonesia.
alya-red