Generasi Z dan Milenial Diperkirakan Menghadapi Kesulitan Keuangan Akibat Tren Doom Spending

- Jurnalis

Wednesday, 25 September 2024 - 09:45 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

MIM, JAWA TENGAH, 25 SEPTEMBER 2024

Generasi Z dan milenial diperkirakan akan menjadi lebih miskin dibandingkan generasi sebelumnya akibat tren doom spending atau pengeluaran yang tidak masuk akal.
Menurut Psychology Today, doom spending terjadi ketika seseorang berbelanja tanpa berpikir untuk menenangkan diri karena merasa pesimis terhadap ekonomi dan masa depan mereka.

Dosen senior keuangan di King’s Business School Ylva Baeckström mengatakan praktik ini tidak sehat dan fatalistis

“Hal ini terjadi karena anak muda terus-menerus online dan merasa terus-menerus menerima ‘berita buruk’. Hal ini membuat mereka merasa seperti kiamat,” katanya seperti diberitakan CNBC Africa.

“Anak-anak muda ini kemudian menerjemahkan perasaan buruk ini menjadi kebiasaan belanja yang buruk,” tambahnya.

Akibat perilaku doom spending, Baeckström memperkirakan generasi Z dan milenial akan menjadi lebih miskin dibanding generasi sebelumnya.

“Generasi yang tumbuh sekarang adalah generasi pertama yang akan lebih miskin daripada orang tua mereka untuk waktu yang sangat lama. Ada perasaan bahwa Anda mungkin tidak akan pernah bisa mencapai apa yang dicapai orang tua Anda,” katanya.

Prediksi Baeckström itu sejalan dengan Survei Keamanan Finansial Internasional CNBC, yang dilakukan oleh Survey Monkey kepada 4.342 orang dewasa di seluruh dunia.

Hasil survey menunjukkan hanya 36,5 persen orang dewasa merasa bahwa mereka lebih baik secara finansial daripada orang tua mereka. Sementara 42,8 persen sisanya merasa bahwa mereka sebenarnya lebih buruk daripada orang tua mereka.

Baca Juga :  Kiai NU Doakan Andika-Hendi Terpilih Jadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jateng

Perilaku doom spending setidaknya terlihat dari Survei Intuit Credit Karma terhadap lebih dari 1.000 orang Amerika pada November 2023. Hasil survei menunjukkan bahwa 96 persen orang Amerika khawatir tentang keadaan ekonomi saat ini dan lebih dari seperempatnya menghabiskan uang untuk mengatasi stres.

Stefania Troncoso Fernández, seorang humas berusia 28 tahun yang tinggal di Kolombia bersama orang tuanya, mengatakan bahwa ia sudah pulih dari kebiasaan menghabiskan uang. Tetapi tingkat inflasi yang tinggi dan ketidakpastian politik membuatnya sangat sulit untuk merasionalisasi penghematan uang.

“Saya tahu pasti bahwa (biaya) makanan semakin tinggi setiap hari, dan di rumah saya kami tidak mampu makan dengan cara yang sama seperti yang kami lakukan mungkin setahun yang lalu karena harganya semakin mahal,” katanya.

Dua tahun lalu, Fernández mengatakan bahwa ia menghabiskan uang dengan sembarangan untuk pakaian dan perjalanan meskipun penghasilannya lebih sedikit daripada sekarang. Hal itu terutama karena ia merasa tidak mampu membeli rumah.

Fernandez mengatakan bahwa dia tidak sendirian terjebak dalam doom spending.

“Bukan hanya saya. Itu adalah sesuatu yang terjadi di lingkungan saya,” katanya.

Baca Juga :  PT Pura Group Fasilitasi Ormas di Kudus Simulasi Tanggap Bencana Kebakaran

Daivik Goel, pendiri perusahaan rintisan berusia 25 tahun yang tinggal di Silicon Valley, mengatakan bahwa ia adalah seorang yang suka menghabiskan uang untuk hal-hal yang tidak penting ketika bekerja sebagai manajer produk di perusahaan rintisan bioteknologi.

Kebiasaan tersebut berawal dari rasa tidak puas dengan pekerjaannya dan juga tekanan dari teman sebaya.

“Semua itu hanya perasaan ingin melarikan diri,” katanya.

Sementara itu, Samantha Rosenberg, salah satu pendiri platform pembangun kekayaan Belong mengatakan bahwa belanja daring memperburuk masalah pengeluaran yang tidak masuk akal alias doom spending, tetapi melihat barang secara langsung dapat mencegah pembelian impulsif.

“Titik-titik keputusan tambahan seperti memilih toko, bepergian ke sana, mengevaluasi barang secara langsung, dan kemudian harus mengantre untuk membelinya akan membantu Anda memperlambat dan berpikir lebih kritis tentang pembelian Anda,” katanya.

Rosenberg juga menyarankan untuk kembali menggunakan uang tunai. Metode pembayaran yang mudah seperti Apple Pay dan Google Pay katanya meningkatkan risiko pengeluaran yang tidak perlu karena sangat cepat dan mudah.

“Metode ini mengabaikan emosi yang terkait dengan proses pengambilan keputusan pembelian. Metode ini juga menghilangkan rasa sakit karena harus menyerahkan uang. Anda harus meningkatkan rasa sakit karena harus membayar,” tambahnya. dari CNNINDONESIA.com

Berita Terkait

Pemkot Salurkan Bansos Sembako Ratusan Lansia dan Disabilitas
Polemik Angkutan Batu Bara, DPRD Paser Tetap Minta Utamakan Kepentingan Masyarakat
Kasus Suap Hakim PN Surabaya Berawal dari Kecurigaan Vonis Bebas Ronald Tannur
Ahmad Luthfi Angkat Suara soal Isu Benturan TNI-Polri di Pilgub Jateng
Ekonomi Sulit, Pedangang Menjerit
Prabowo Gelar Sidang Kabinet Paripurna Perdana Hari Ini
Sritex Menghadapi Tantangan Besar: Pengumuman Pailit Perusahaan Tekstil
Riset Microsoft: Ada 600 Juta Serangan Siber per Hari, Password Jadi Target Utama
Berita ini 2 kali dibaca

Berita Terkait

Thursday, 24 October 2024 - 17:37 WIB

Pemkot Salurkan Bansos Sembako Ratusan Lansia dan Disabilitas

Thursday, 24 October 2024 - 13:58 WIB

Polemik Angkutan Batu Bara, DPRD Paser Tetap Minta Utamakan Kepentingan Masyarakat

Thursday, 24 October 2024 - 10:03 WIB

Kasus Suap Hakim PN Surabaya Berawal dari Kecurigaan Vonis Bebas Ronald Tannur

Thursday, 24 October 2024 - 10:00 WIB

Ahmad Luthfi Angkat Suara soal Isu Benturan TNI-Polri di Pilgub Jateng

Thursday, 24 October 2024 - 09:51 WIB

Ekonomi Sulit, Pedangang Menjerit

Berita Terbaru

Berita

Pemkot Salurkan Bansos Sembako Ratusan Lansia dan Disabilitas

Thursday, 24 Oct 2024 - 17:37 WIB

Berita

Ekonomi Sulit, Pedangang Menjerit

Thursday, 24 Oct 2024 - 09:51 WIB