Indonesia Deflasi Parah di 2024

- Jurnalis

Thursday, 3 October 2024 - 10:22 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

MIM, JAWA TENGAH, 3 OKTOBER 2024

Indonesia deflasi di 2024 menjadi sorotan utama dalam perkembangan ekonomi nasional. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa negara ini mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut hingga September 2024, dengan angka deflasi terbaru sebesar 0,12% secara bulanan.

Pengertian deflasi adalah fenomena ekonomi di mana terjadi penurunan tingkat harga umum barang dan jasa secara terus-menerus dalam suatu periode tertentu.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti melaporkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) turun dari 106,06 pada Agustus 2024 menjadi 105,93 pada September 2024. Kondisi deflasi yang berkepanjangan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan ekonom dan masyarakat umum tentang dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Ekonom Nailul Huda dari Center of Economic and Law Studies (Celios) memperkirakan bahwa deflasi ini dapat mempengaruhi target pertumbuhan ekonomi tahun 2024 yang diproyeksikan sekitar 5 persen.

Fenomena deflasi beruntun ini memicu spekulasi tentang kemungkinan terulangnya krisis ekonomi seperti yang terjadi pada tahun 1998. BPS mencatat bahwa deflasi terparah pernah terjadi selama tujuh bulan berturut-turut pada tahun 1999, pasca krisis finansial Asia.

Meskipun demikian, penting untuk memahami perbedaan konteks dan faktor penyebab antara deflasi saat ini dan krisis ekonomi 1998 sebelum menarik kesimpulan terlalu dini.

Indonesia deflasi di 2024 menjadi fenomena ekonomi yang menarik perhatian berbagai kalangan. BPS melaporkan bahwa negara ini mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut hingga September 2024.

Deflasi adalah kondisi di mana terjadi penurunan tingkat harga umum barang dan jasa secara terus-menerus dalam suatu periode tertentu. Berbeda dengan inflasi yang menunjukkan kenaikan harga, deflasi justru menggambarkan penurunan harga yang berkelanjutan.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, dalam konferensi pers di Jakarta pada Selasa (1/10/2024), mengungkapkan bahwa pada September 2024 terjadi deflasi sebesar 0,12% secara bulanan. Angka ini menunjukkan penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,06 pada Agustus 2024 menjadi 105,93 pada September 2024.

“Pada September 2024 terjadi deflasi sebesar 0,12 persen secara bulanan atau terjadi penurunan indeks harga konsumen dari 106,06 pada Agustus 2024 menjadi 105,93 pada September 2024,” kata Plt Kepala BPS Amalia.

Baca Juga :  Agenda Ziarah Wali Songo Ponpes Darul Fuqoha.

Deflasi ini bahkan lebih dalam dibandingkan dengan bulan sebelumnya, menandakan tren penurunan harga yang semakin signifikan.

Secara tahunan atau year-on-year (yoy), Indonesia mencatat inflasi sebesar 1,84%, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 2,12% yoy. Sementara itu, inflasi tahun kalender atau year-to-date (ytd) tercatat sebesar 0,74%. Angka-angka ini menunjukkan bahwa meskipun secara tahunan masih terjadi inflasi, tren deflasi bulanan yang konsisten memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian.

Kelompok pengeluaran yang menjadi penyumbang terbesar terhadap deflasi adalah makanan, minuman, dan tembakau. Sektor ini mengalami deflasi sebesar 0,59% dan memberikan andil deflasi sebesar 0,17%. Amalia menyebutkan bahwa deflasi pada kelompok ini merupakan yang terdalam sejak tahun 2020. Beberapa komoditas yang memberikan andil besar dalam deflasi ini antara lain cabai merah, cabai rawit, telur ayam ras, daging, dan tomat.

Kondisi deflasi yang berkelanjutan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan ekonom dan pelaku pasar. Deflasi yang berkepanjangan dapat menyebabkan penurunan daya beli masyarakat, perlambatan pertumbuhan ekonomi, dan potensi peningkatan pengangguran.

penyebab dan konteksnya. Deflasi pada 1999 terjadi sebagai akibat dari penurunan drastis harga barang setelah nilai tukar Rupiah mengalami depresiasi hebat di 1998.

Sementara itu, deflasi yang terjadi pada tahun 2024 lebih disebabkan oleh faktor-faktor seperti kelebihan pasokan komoditas pangan dan penurunan biaya produksi.

Ekonom Nailul Huda dari Center of Economic and Law Studies (Celios) berpendapat bahwa meskipun deflasi saat ini dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, situasinya tidak semengerikan krisis 1998.

Meski demikian, pemerintah dan otoritas ekonomi perlu waspada dan mengambil langkah-langkah strategis untuk mengatasi deflasi berkepanjangan ini. Kebijakan yang tepat diperlukan untuk meningkatkan daya beli masyarakat, mendorong konsumsi, dan menjaga keseimbangan antara pasokan dan permintaan komoditas pangan.

Pemahaman yang lebih baik tentang penyebab deflasi dan perbedaannya dengan krisis 1998, diharapkan Indonesia dapat mengelola situasi ekonomi saat ini dengan lebih efektif dan menghindari dampak negatif yang lebih serius terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Juga :  Iklan

Penyebab Indonesia Deflasi 5 Bulan Berturut-turut

Beberapa faktor utama yang menyebabkan Indonesia mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut hingga September 2024 adalah:

1. Kelebihan Pasokan Komoditas Pangan

BPS mencatat bahwa penyebab utama deflasi adalah penurunan harga pangan, terutama produk hortikultura yang mengalami kelebihan pasokan atau over supply. Kondisi ini menyebabkan harga beberapa komoditas pangan strategis seperti cabai merah, cabai rawit, telur ayam ras, dan tomat mengalami penurunan signifikan.

Menurut data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN), harga cabai merah turun sekitar 19,3% sepanjang September 2024, sementara harga cabai rawit turun 7,65% dalam periode yang sama.

2. Penurunan Biaya Produksi

Amalia Adininggar Widyasanti dari BPS menjelaskan bahwa penurunan harga pangan juga disebabkan oleh turunnya biaya produksi. Penurunan biaya ini kemudian tercermin pada harga di tingkat konsumen yang ikut turun. Faktor ini berkontribusi pada deflasi yang konsisten, terutama pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau.

3. Kebijakan Pemerintah

Ekonom Nailul Huda dari Center of Economic and Law Studies (Celios) berpendapat bahwa kebijakan pemerintah yang “salah obat” turut berkontribusi pada terjadinya deflasi. Ia menilai bahwa kenaikan berbagai iuran, seperti pajak dan pemotongan subsidi energi, tidak sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat yang terbatas. Kondisi ini menyebabkan daya beli masyarakat tergerus dan konsumsi menjadi lesu.

“Daya beli kita tergerus akibat kebijakan pemerintah yang salah obat. Saat ini, masyarakat tengah didera penurunan daya beli dengan salah satu faktornya adalah penurunan disposible income,” ujarnya.

4. Penurunan Disposable Income

Nailul Huda juga menyoroti penurunan disposable income atau pendapatan yang siap dibelanjakan oleh masyarakat. Ia mencatat bahwa pendapatan masyarakat hanya naik terbatas di angka 1,5%, sementara terjadi kenaikan berbagai iuran dan pemotongan subsidi yang memengaruhi daya beli.

5. Faktor Musiman dan Cuaca

Meskipun tidak disebutkan secara eksplisit dalam data BPS, faktor musiman dan cuaca juga dapat mempengaruhi produksi dan harga komoditas pangan. Kemarau atau kondisi cuaca yang mendukung produksi hortikultura dapat menyebabkan peningkatan pasokan dan penurunan harga

Chelsy-red

Berita Terkait

Pemkot Salurkan Bansos Sembako Ratusan Lansia dan Disabilitas
Polemik Angkutan Batu Bara, DPRD Paser Tetap Minta Utamakan Kepentingan Masyarakat
Kasus Suap Hakim PN Surabaya Berawal dari Kecurigaan Vonis Bebas Ronald Tannur
Ahmad Luthfi Angkat Suara soal Isu Benturan TNI-Polri di Pilgub Jateng
Ekonomi Sulit, Pedangang Menjerit
Prabowo Gelar Sidang Kabinet Paripurna Perdana Hari Ini
Sritex Menghadapi Tantangan Besar: Pengumuman Pailit Perusahaan Tekstil
Riset Microsoft: Ada 600 Juta Serangan Siber per Hari, Password Jadi Target Utama
Berita ini 9 kali dibaca

Berita Terkait

Thursday, 24 October 2024 - 17:37 WIB

Pemkot Salurkan Bansos Sembako Ratusan Lansia dan Disabilitas

Thursday, 24 October 2024 - 13:58 WIB

Polemik Angkutan Batu Bara, DPRD Paser Tetap Minta Utamakan Kepentingan Masyarakat

Thursday, 24 October 2024 - 10:03 WIB

Kasus Suap Hakim PN Surabaya Berawal dari Kecurigaan Vonis Bebas Ronald Tannur

Thursday, 24 October 2024 - 10:00 WIB

Ahmad Luthfi Angkat Suara soal Isu Benturan TNI-Polri di Pilgub Jateng

Thursday, 24 October 2024 - 09:51 WIB

Ekonomi Sulit, Pedangang Menjerit

Berita Terbaru

Berita

Pemkot Salurkan Bansos Sembako Ratusan Lansia dan Disabilitas

Thursday, 24 Oct 2024 - 17:37 WIB

Berita

Ekonomi Sulit, Pedangang Menjerit

Thursday, 24 Oct 2024 - 09:51 WIB