MIM, JAWA TENGAH, 12 SEPTEMBER 2024
Kampanye Pray for Borobudur bermunculan setidaknya di platform X dan Instagram setelah sejumlah media massa mengumumkan Chattra segera diresmikan.
Warganet, tak terkecuali kalangan akademisi, menolak rencana pemasangan Chattra pada stupa induk Candi Borobudur. Tagar tersebut juga dilengkapi dengan ilustrasi pita hitam yang membalut stupa Candi Borobudur.
Arkeolog di Museum Cagar dan Budaya Unit Warisan Borobudur atau MCB (dulu Balai Konservasi Borobudur) Hari Setyawan menilai tagar, di media sosial itu buah interpretasi warga atas polemik Chattra.
Hanya, Hari memastikan, pihaknya bekerja sesuai dengan tugasnya yaitu pelestarian Candi Borobudur meliputi variabel perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan.
Dia lantas menyinggung kajian tim arkeolog Balai Konservasi Borobudur pada 2018 yang tidak merekomendasikan Chattra dipasang di stupa induk.
“Ada masalah besar pada struktur Chattra yaitu (terkait) keaslian bentuk, material, tata letak, teknik pengerjaan,” ungkapnya saat ditemui, Selasa (10/9/2024).
Tim arkeolog menyebut, 42 persen dari penyusun Chattra merupakan batu asli penyusun struktur bangunan keagamaan pada abad 9-10 M. Dengan kata lain, bukan batu asli Candi Borobudur. Sisanya merupakan batu sisa buatan van Erp dan batu baru.
Dari Kompas.com