MIM, JAWA TENGAH, 27 SEPTEMBER 2024
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengungkapkan bahwa krisis iklim di wilayah pantai utara (Pantura) Jawa Tengah semakin memburuk. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Pekalongan memprediksi bahwa 90 persen daratan di Kota Batik tersebut akan tenggelam pada 2035 akibat penurunan muka tanah dan banjir rob yang kian parah.
Kerugian ekonomi akibat krisis iklim di Jateng dalam periode 2020-2024 diperkirakan mencapai Rp 14,90 triliun.
Menanggapi situasi ini, KLHK, Pemprov Jateng, dan kemitraan mengumpulkan pemerintah daerah dari enam kabupaten/kota yang paling terdampak krisis iklim untuk merancang Rencana Aksi Daerah Adaptasi Perubahan Iklim (RAD API).
Dampak krisis iklim sudah dirasakan masyarakat
Enam daerah tersebut meliputi Kota Pekalongan, Kota Tegal, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Demak, dan Kabupaten Batang. “Jadi, kita memiliki enam set rencana aksi adaptasi, terutama di wilayah pantura pesisir utara yang selama ini memang terdampak perubahan iklim,” tambah Direktur Adaptasi Perubahan Iklim KLHK, Irawan Asaad.
Irawan mengakui bahwa dampak krisis iklim saat ini sudah dirasakan oleh masyarakat Jateng. Oleh karena itu, diperlukan upaya serius untuk meningkatkan ketahanan masyarakat dalam menghadapi perubahan iklim.
“Sangat serius, karena bulan Maret kemarin kita merasakan dampak yang luar biasa, banjir di wilayah utara. Selama ini, Demak tidak pernah mengalami kondisi seperti itu; artinya, keparahannya semakin meningkat,” jelasnya.
Irawan juga memaparkan bahwa terdapat enam sektor yang terlibat dalam upaya adaptasi terhadap krisis iklim, yaitu energi, air, pangan, kesehatan, kebencanaan, dan ekosistem. “Masing-masing sektor ini harus merencanakan langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh setiap kabupaten/kota dan Provinsi Jawa Tengah. Itu yang menjadi strategi ke depan,” katanya lagi.
Dari kompas.com