MIM,02 Agustus 2024
mediaindonesia.com// Jawa Barat – memiliki 27 Kota dan Kabupaten dan masing-masing memiliki UMK yang berbeda.
Beberapa kawasan industri di Jawa Barat pun menjadi daya tarik untuk para pencari kerja.
Namun, tingkat pengangguran di Jawa Barat masih terbilang tinggi walaupun ada di beberapa kota dan kabupaten yang miliki UMK di atas Rp3 Juta.
Dilansir dari laman BPS Provinsi Jawa Barat, Kota Cimahi menjadi urutan pertama dengan daerah yang miliki Tingkat Pengangguran Terbuka tertinggi.
Kota Cimahi miliki 10,52 persen dari keseluruhan pengangguran di Jawa Barat pada tahun 2023.
Angka ini mengalami penurunan dari tahun 2022 dengan persentase 10,77 dari jumlah pengangguran di Jawa Barat.
Diketahui Kota Cimahi pada tahun 2024 ini memiliki UMK sebesar Rp3.627.880 dan punya satu kawasan industri.
Namun ironisnya, masih banyaknya penduduk di Kota Cimahi yang tidak terserap dalam rekrutmen tenaga kerja.
Dilansir dari laman resmi Kota Cimahi, Kepala Disnaker Asep Jayadi sebutkan beberapa alasan tingginya pengangguran.
Menurut Asep, jumlah tenaga kerja yang tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan menjadi faktor pertama mengapa pengangguran di Kota Cimahi tinggi.
Kemudian dirinya sebut kurangnya kemampuan dan sistem teknologi yang menggantikan tenaga kerja manusia pun turut berandil dalam tingginya pengangguran Kota Cimahi.
“Keterampilan yang dimiliki kurang dan kemajuan teknologi yang menggantikan tenaga kerja manusia. Contoh di PT Chitose, awalnya pekerjaan dilakukan 10 orang namun karena teknologi akhirnya bisa dikerjakan dengan 3 orang,” kata Asep.
Penyebab lain yang kemudian disampaikan oleh Kepala Disnaker tersebut dikarenakan kurangnya order kepada perusahaan yang ada di kawasan industri kota Cimahi.
Industri yang mendominasi di Kota Cimahi seperti garmen dan tekstil disebut mengalami penurunan produksi akibat resesi ekonomi global.
“Misalnya biasanya seminggu kerja 6 hari, jadi 3 hari, bahkan ada yang sampai merumahkan pekerjanya. Kemudian adanya perdagangan bebas terkait barang impor ilegal juga berdampak,” ujar Asep.
Dengan melihat dominasi industri garmen dan tekstil di Kota Cimahi, Asep Jayadi pun menuturkan hal tersebut kurang selaras dengan lulusan SMK di Cimahi.
Sehingga terjadi kesenjangan dari lulusan SMK dengan industri yang dibutuhkan di Kota Cimahi.
(Red : Yoga)