MIM, JAWA TENGAH, 9 OKTOBER 2024
Peneliti baru-baru ini menemukan mikro-organisme hidup di dalam batu berusia lebih dari 2 miliar tahun, sebuah penemuan yang bisa merevolusi pemahaman kita tentang evolusi makhluk hidup di Bumi. Dalam artikel di jurnal Microbial Ecology, yang dikutip oleh Futurism, dijelaskan bahwa mikroba ini ditemukan di batu tertua yang pernah diketahui.
“Kami tidak menyangka bahwa batu berusia 2 miliar tahun dapat menjadi habitat bagi kehidupan. Sebelumnya, lapisan geologi tertua yang mengandung mikro-organisme hidup hanya berusia 100 juta tahun, terkubur di dasar laut,” kata Yohey Suzuki, peneliti dari Graduate School of Science di University of Tokyo.
Teori yang umum diterima menyatakan bahwa kehidupan pertama kali muncul di Bumi sekitar 3,5 miliar tahun yang lalu, sedangkan manusia baru ada ratusan ribu tahun lalu. Temuan mikroba dalam batu kuno ini membuka peluang besar untuk meneliti ekosistem dan evolusi biologi dari miliaran tahun yang lalu.
Dalam laporan penelitian, para ilmuwan menyatakan bahwa mikroba tersebut adalah makhluk “asli” yang telah beradaptasi dan berevolusi dengan sangat lambat. Penelitian lebih lanjut terhadap mikroba ini berpotensi memberikan wawasan baru tentang genetika dan evolusi awal kehidupan.
“Dengan menganalisis DNA dan genom mikroba ini, kita bisa memahami proses evolusi pada era awal Bumi,” tambah Suzuki.
Batu kuno tersebut diambil dari Afrika Selatan melalui metode pengeboran ultra-dalam. Para peneliti internasional percaya bahwa studi mengenai mikroba di batu kuno ini juga dapat berdampak pada upaya pencarian kehidupan di luar Bumi. NASA, misalnya, saat ini sedang menjalankan misi dengan robot Perseverance di Mars untuk mengambil sampel fisik yang nantinya akan dikirim ke Bumi. Diperkirakan bahwa sampel dari Mars akan memiliki usia yang sebanding dengan batu yang dibor di Afrika Selatan.
“Menemukan mikroba dari 2 miliar tahun lalu di Bumi dan mengonfirmasi keasliannya sangat menggembirakan. Ini membuat saya penasaran tentang apa yang mungkin kita temukan dari sampel di Mars,” ungkap Suzuki. Penemuan ini tidak hanya menambah pengetahuan kita tentang sejarah kehidupan di Bumi, tetapi juga membuka kemungkinan baru dalam pencarian kehidupan di planet lain.
alya-red
