Penyebab & Gejala Frambusia, Infeksi Kulit yang Diidap 17 Anak di Mimika Papua Tengah

- Jurnalis

Tuesday, 27 August 2024 - 10:24 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

MIM, Papua 27 Agustus 2024

mediaindonesiamaju.com// TIMIKA – Puskesmas Mapurujaya di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah mencatat setidaknya ada 17 anak positif mengidap Frambusia.

Ke-17 anak mengidap Frambusia tersebut ditemukan di Kampung Muare, Distrik Mimika Timur.

Kepala Puskesmas Mapurujaya, Onna Bunga mengungkapkan sejak Juni hingga 15 Agustus, 5 orang anak ditemukan Frambusia ketika berobat di Puskesmas.

“Selanjutnya saat tim turun ke lapangan dan lakukan tracking contact kepada 45 orang kerabat terdekat, kemudian ditemukan 12 anak lainnya yang positif frambusia di Kampung Muare,” jelas Onna kepada awak media, Senin (26/8/2024).

Ia menjelaskan sejak bulan Juni hingga 15 Agustus 2024, ketika menemukan 5 kasus pihaknya membentuk tim kolaborasi yang terdiri dari program penyakit tidak menular (PTM), kusta, dan penyakit menular lainnya.

“Tim turun pada 22-23 Agustus kami temukan adanya 12 anak yang positif frambusia. 12 anak itu ditemukan saat kami lakukan tracking contact dari 5 anak yang ditemukan sebelumnya,” jelasnya.

Ia menjelaskan dari hasil tracking contact bahkan didapati beberapa orang tua dari anak-anak pengidap frambusia ini ikut terpapar.

“Masing-masing orang tua yang terpapar itu sejak Juni 2024 telah mengetahui adanya luka-luka pada tubuh anaknya, akan tetapi tidak bergegas membawa anaknya masing-masing ke Puskesmas,” katanya.

Onna menerangkan, Frambusia menyebar sangat cepat melalui luka terbuka dan sentuhan kulit, sehingga ada beberapa orang tua ikut terpapar.

Sejak ditemukannya 17 anak di Kampung Muare ini, tim Puskesmas Mapurujaya langsung melakukan pengobatan dan tracking contact.

Untuk mencegah penularan, Puskesmas Mapurujaya juga memberikan obat Azithromycin kepada seluruh warga kampung Muare berdasarkan dosis yang disesuaikan berat badan masing-masing.

“Puji Tuhan setelah kami obati beruntung frambusia tidak menyebar ke anak satu kampung. Untuk sementara yang positif frambusia ini hanya di Muare dan tidak ditemukan di kampung lainnya,” katanya.

Menurut Onna, frambusia menyerang anak-anak dengan usia di bawah 17 tahun dimulai pada kaki, lengan, leher dan muka.

Namun jika terlambat diobati akan merambat ke seluruh tubuh dan merusak persendian hingga yang paling fatal korbannya akan lumpuh.

“Awalnya gatal-gatal, kemudian muncul ruam warna kuning dan bernanah dan menyebar ke bagian tubuh lainnya dan sangat cepat menular kepada orang terdekat,” tuturnya.

Penyakit kulit jenis frambusia diakibatkan sanitasi lingkungan yang tidak menjamin kesehatan.

Baca Juga :  PERHUTANI KPH GUNDIH BERSAMA LMP JATENG MELAKSANAKAN APEL SIAGA PENCEGAHAN KEBAKARAN HUTAN

“Kami akan gencar lakukan pengobatan ke kampung lainnya kalau ada satu atau dua orang yang terkena. Kalau penyebarannya meluas satu kampung, kemungkinan akan ada tindakan isolasi, tetapi mudah-mudahan itu tidak terjadi,” katanya.

Apa itu Frambusia

Mengutip Alodokter, Frambusia adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum pertenue. Infeksi ini biasanya terjadi di negara wilayah tropis yang memiliki sanitasi buruk, seperti Afrika, Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Oceania. Frambusia dikenal juga sebagai frambesia tropica atau patek.

Penyakit ini bisa menular melalui kontak langsung dengan ruam pada kulit yang terinfeksi.

Pada awalnya, frambusia hanya akan menyerang kulit. Namun, seiring berjalannya waktu, penyakit ini juga dapat menyerang tulang dan sendi.

Apa Penyebab Frambusia

Frambusia atau yaws terjadi akibat infeksi bakteri Treponema pallidum pertenue. Bakteri penyebab frambusia dapat masuk ke dalam tubuh seseorang melalui luka terbuka atau goresan di kulit.

Cara penularannya adalah melalui kontak langsung dengan ruam kulit pada penderita frambusia.

Meski sama-sama disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum, frambusia tidak menular melalui hubungan seksual seperti halnya sifilis.

Frambusia juga tidak ditularkan dari ibu ke janin pada masa kehamilan atau persalinan.

Bakteri Treponema jenis carateum juga merupakan penyebab penyakit pinta.

Akan tetapi, gejala pinta lebih ringan daripada frambusia dan sifilis.

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena frambusia, yaitu:

Tinggal di negara endemik frambusia

Berusia di bawah 15 tahun, terutama usia 6–10 tahun

Tinggal di daerah dengan sanitasi yang buruk

Mengalami kemiskinan

Apa Gejala Frambusia

Gejala frambusia dibagi dalam beberapa tahapan, yakni:

Tahap primer

Tahap ini muncul sekitar 2–4 minggu setelah penderita terpapar bakteri penyebab frambusia.

Penderita akan mengalami ruam kulit serupa dengan stroberi.

Ruam yang disebut mother yaw ini berwarna kuning dengan garis merah yang mengelilinginya.

Ruam frambusia dapat timbul di area kulit penderita yang terpapar bakteri, umumnya di kaki.

Ruam tersebut tidak terasa sakit, tetapi gatal. Umumnya, mother yaw menghilang dengan sendirinya setelah 3−6 bulan.

Pada tahap ini, penderita juga dapat mengalami gejala lain, seperti demam, nyeri sendi, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Tahap laten

Pada tahap laten, penderita tidak mengalami gejala, tetapi bakteri tetap ada di dalam tubuh.

Baca Juga :  Perdana di Bali Taksi Terbang Buatan PT DI Bakal Mengudara di pada 2028

Tahap ini muncul pada setiap pergantian tahap. Tahap laten dari primer ke sekunder berlangsung 6–16 minggu.

Pada tahap ini, infeksi masih bisa ditularkan ke orang lain meski penderitanya tidak mengalami gejala.

Sementara itu, tahap laten dari sekunder ke tersier dapat berlangsung selama 5–15 tahun.

Penderita juga dapat memiliki ruam kulit yang terasa nyeri di telapak kaki.

Akibatnya, penderita mulai merasa sulit untuk berjalan dan mengalami perubahan pada gaya berjalan. Kondisi ini sering disebut dengan crab yaws.

Tahap sekunder juga mengakibatkan timbulnya peradangan pada lapisan terluar tulang (osteoperiostitis) dan pembengkakan jaringan di sekitar tulang jari-jari kaki.

Peradangan ini juga dapat menimbulkan nyeri.

Tahap sekunder

Pada tahap sekunder, ruam kulit dapat muncul di berbagai bagian tubuh, seperti kaki, lengan, wajah, dan bokong.

Penderita juga dapat memiliki ruam kulit yang terasa nyeri di telapak kaki.

Akibatnya, penderita mulai merasa sulit untuk berjalan dan mengalami perubahan pada gaya berjalan. Kondisi ini sering disebut dengan crab yaws.

Tahap sekunder juga mengakibatkan timbulnya peradangan pada lapisan terluar tulang (osteoperiostitis) dan pembengkakan jaringan di sekitar tulang jari-jari kaki.

Peradangan ini juga dapat menimbulkan nyeri.

Tahap tersier

Jika tidak ditangani, frambusia dapat memasuki tahap tersier. Tahap ini jarang terjadi, yaitu hanya sekitar 10 persen dari penderita frambusia.

Pada tahap tersier, ruam kulit akan muncul dan berkembang sehingga mengakibatkan kerusakan pada kulit, tulang, dan sendi.

Penderita frambusia pada tahap tersier juga dapat mengalami kerusakan pada wajah yang bisa meliputi sindrom goundou dan sindrom gangosa.

Sindrom goundou merupakan pembengkakan pada jaringan hidung, dan pembentukan tulang berlebih di wajah, sedangkan sindrom gangosa merupakan gangguan pada sel saraf di hidung, tenggorokan, serta langit-langit mulut.

Kapan Harus ke Dokter

Segera ke dokter jika Anda atau anak Anda mengalami ruam kulit seperti yang telah disebutkan di atas, terutama jika Anda tinggal atau pernah bepergian ke negara endemik frambusia.

Seperti yang diketahui, penyakit ini dapat berkembang seiring berjalannya waktu.

Oleh karena itu, pemeriksaan dan pengobatan sejak dini sangat diperlukan untuk mencegah perkembangan penyakit hingga tahap lanjut.

(Red : Galih)

Berita Terkait

Pemkot Salurkan Bansos Sembako Ratusan Lansia dan Disabilitas
Polemik Angkutan Batu Bara, DPRD Paser Tetap Minta Utamakan Kepentingan Masyarakat
Kasus Suap Hakim PN Surabaya Berawal dari Kecurigaan Vonis Bebas Ronald Tannur
Ahmad Luthfi Angkat Suara soal Isu Benturan TNI-Polri di Pilgub Jateng
Ekonomi Sulit, Pedangang Menjerit
Prabowo Gelar Sidang Kabinet Paripurna Perdana Hari Ini
Riset Microsoft: Ada 600 Juta Serangan Siber per Hari, Password Jadi Target Utama
Prabowo Bakal Terbitkan Perpres untuk Hapus Utang 6 Juta Petani dan Nelayan
Berita ini 1 kali dibaca

Berita Terkait

Thursday, 24 October 2024 - 17:37 WIB

Pemkot Salurkan Bansos Sembako Ratusan Lansia dan Disabilitas

Thursday, 24 October 2024 - 13:58 WIB

Polemik Angkutan Batu Bara, DPRD Paser Tetap Minta Utamakan Kepentingan Masyarakat

Thursday, 24 October 2024 - 10:03 WIB

Kasus Suap Hakim PN Surabaya Berawal dari Kecurigaan Vonis Bebas Ronald Tannur

Thursday, 24 October 2024 - 10:00 WIB

Ahmad Luthfi Angkat Suara soal Isu Benturan TNI-Polri di Pilgub Jateng

Thursday, 24 October 2024 - 09:51 WIB

Ekonomi Sulit, Pedangang Menjerit

Berita Terbaru

Berita

Pemkot Salurkan Bansos Sembako Ratusan Lansia dan Disabilitas

Thursday, 24 Oct 2024 - 17:37 WIB

Berita

Ekonomi Sulit, Pedangang Menjerit

Thursday, 24 Oct 2024 - 09:51 WIB