MIM, JAWA TENGAH 9 SEPTEMBER 2024
Dalam pidato di Dili hari ini, Senin (9/9), Paus Fransiskus membahas hubungan antara Indonesia dan Timor Leste di hadapan para pemimpin negara, perwakilan masyarakat sipil, dan diplomat di Istana Negara.
Dalam pidatonya, Paus Fransiskus mengapresiasi kemampuan Timor Leste untuk bangkit kembali dan menemukan jalan menuju perdamaian setelah melewati masa-masa sulit. Beliau juga memuji dedikasi warga Timor Leste dalam perjuangan kemerdekaan dan upaya rekonsiliasi dengan Indonesia. Selama pendudukan Indonesia yang berlangsung sejak tahun 1975, Gereja Katolik berfungsi sebagai sumber informasi dan perlindungan serta memberikan dukungan kepada rakyat Timor Leste.
Keterkaitan Gereja Katolik dengan kemerdekaan Timor Leste terlihat jelas melalui kunjungan Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1989. Dalam pidatonya, Paus mengecam kekerasan dan memberikan semangat kepada pejuang kemerdekaan, menjadikan kunjungan ini sebagai momen penting di panggung global. Banyak warga Timor Leste mengenang Paus Yohanes Paulus II sebagai satu-satunya pemimpin dunia yang datang selama pendudukan. Selama invasi Indonesia, warga dipaksa memilih agama dari enam agama resmi, dan banyak yang berpindah ke Katolik sebagai bentuk penolakan terhadap integrasi dengan Indonesia. Sebelum tahun 1975, sekitar 30 persen penduduk menganut Katolik, tetapi setelah kemerdekaan, jumlah ini meningkat menjadi lebih dari 95 persen, yang diperoleh melalui referendum PBB pada tahun 2002.
(Sumber dari CNN Indonesia)