Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) merekomendasikan pentingnya “panduan dan prosedur terperinci” untuk mengidentifikasi kelelahan awak pesawat, menyusul insiden “serius” melibatkan dua pilot maskapai Batik Air yang tertidur secara bersamaan saat menerbangkan pesawat dengan rute penerbangan Kendari-Jakarta.
Insiden yang terjadi pada 25 Januari silam itu diklasifikasikan sebagai insiden serius oleh KNKT, lantaran menyebabkan rangkaian kesalahan navigasi yang terjadi saat kedua pilot tertidur selama sekitar 28 menit ketika bertugas.
Kondisi kesehatan dan performa pilot menjadi isu penting dalam keselamatan penerbangan. Keletihan atau kelelahan yang dialami pilot (pilot fatigue) menjadi penyumbang terbesar yang mempengaruhi performa pilot.
“Memang alokasi istirahat bagi pilot sudah memadai dan memenuhi standar regulasi. Tapi kualitas istirahatnya tidak baik, sehingga tidak menghasilkan kebugaran fisik maupun mental sebagaimana mestinya,” menurut pengamat penerbangan Alvin Lie, Sabtu (09/03).
Bagaimana kronologi dua pilot Batik Air tertidur ketika terbangkan pesawat?
Merujuk pada laporan investigasi yang dirilis KNKT, pesawat Airbus A320 itu dengan nomor egistrasi PK-LUV beroperasi sebagai penerbangan penumpang terjadwal dengan rute Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Jakarta menuju Bandara Haluoleo di Kendari, Sulawesi tenggara, kemudian kembali ke Jakarta.
Pesawat itu dioperasikan oleh dua pilot dan empat pramugari. Kedua pilot yang mengawaki pesawat itu adalah seorang pilot berusia 32 tahun dan seorang kopilot berusia 28 tahun.
“Dalam penerbangan dari Jakarta menuju Kendari, second in command (SIC atau kopilot) memberi tahu pilot in command (PIC atau pilot) bahwa dirinya tak istirahat yang cukup,” tulis KNKT dalam laporannya.
Kopilot kemudian beristirahat di kokpit dan tidur sekitar 30 menit kemudian terbangun sebelum pesawat bersiap mendarat.
Namun, Menara Pengatur Lalu Lintas Pesawat (ATC) di Bandara Kendari memberitahu bahwa kondisi cuaca di bawah standar dan bandara juga belum buka. Pesawat kemudian bertahan selama 30 menit di udara.
Pukul 07.48 waktu setempat, pesawat itu mendarat di Kendari.
Pada pukul 00.05 UTC atau 08.05 waktu setempat, pesawat itu melakukan penerbangan rutinnya menuju Jakarta dengan nomor penerbangan BTK6723 dan waktu penerbangan 2 jam 35 menit, sesuai jadwal maskapai Batik Air.
Ada sekitar 153 penumpang di dalam pesawat tersebut.
Saat pesawat mencapai ketinggian jelajah, kedua awak melepas headset mereka
“PIC (pilot) meminta izin kepada SIC (kopilot) untuk istirahat dan izin diberikan. Tak lama kemudian PIC tertidur dan SIC mengambil alih tugas sebagai PM (pilot monitoring),” tulis KNKT.
Pada pukul 01.22 UTC atau 09.22 waktu setempat, pilot terbangun dan menawarkan untuk bergantian istirahat. Namun kopilot mengatakan dia akan melanjutkan tugasnya. Sang pilot kemudian melanjutkan tidurnya.
Kopilot pada saat itu menjalankan tugas sebagai PF (pilot flying) yang menerbangkan pesawat dan PM (pilot monitoring) sekaligus.
Dia kemudian meminta Area Control Center (ACC) Makassar untuk terbang menuju 250 derajat untuk menghindari cuaca buruk. ACC Makassar menginstruksikan pesawat untuk menghubungi ATC Jakarta atau ACC Jakarta.
Beberapa saat setelah membaca kembali instruksi ACC Jakarta, kopilot “tidak sengaja tertidur,” menurut KNKT.
Pada 01.56 UTC atau 12 menit setelah rekaman transmisi terakhir dari kopilot, petugas ACC di Jakarta menanyakan berapa lama pesawat harus terbang pada jalurnya saat ini. Tidak ada balasan dari pilot.
“Beberapa upaya menghubungi BTK6723 telah dilakukan ACC Jakarta termasuk bertanya pilot lain untuk memanggil BTK6723. Tidak ada satupun panggilan yang ditanggapi oleh pilot BTK6723,” tulis KNKT dalam laporannya.