MIM, JAWA TENGAH, 05 NOVEMBER 2025
DEMAK — Mediaindonesiamaju.com Aroma busuk konspirasi kembali menyeruak dari balik proses Pengisian Perangkat Desa (Pilperades) di Kabupaten Demak. Dua perguruan tinggi ternama, Universitas Tujuh Belas Agustus (Untag) Cirebon dan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), kini terseret dalam pusaran dugaan persekongkolan licik antara kampus dan kepala desa (kades) demi meloloskan calon “titipan” di balik meja ujian.
Informasi yang dihimpun menyebut, sejumlah kades di Demak lebih dulu melakukan penjajakan dengan pihak kampus sebelum kerja sama (MoU) pelaksanaan ujian dilakukan. Dalam proses itu, satu nama calon diduga diserahkan secara khusus untuk dijamin kelulusannya. Jika kampus menolak, kades tinggal pindah ke kampus lain yang siap “main mata”.
“Satu formasi, satu titipan. Kalau nggak mau bantu, kerja samanya dibatalkan. Begitu polanya,” ujar salah satu sumber terpercaya yang mengetahui praktik kotor itu.
Kampus Jadi Suksesor Kades? Kredibilitas Akademik Terjun Bebas
Seharusnya, kampus berdiri tegak di atas nilai moral dan objektivitas akademik. Namun yang terjadi di lapangan, justru kampus dituding menjadi operator kepentingan politik kades.
Nama baik perguruan tinggi kini tercoreng hanya karena iming-iming proyek, kerja sama, dan uang pelicin.
Kasus paling hangat mencuat di Desa Tlogorejo, Kecamatan Karangawen, di mana UNY menjadi mitra pelaksana ujian Pilperades.
Dari sejumlah peserta, nama Aldino H. Azizi disebut-sebut sudah “diskenario” sebagai calon Sekretaris Desa (Sekdes) yang bakal jadi — dan benar saja, hasil ujian langsung mengumumkan Aldino sebagai pemenang hanya beberapa jam setelah tes selesai, Selasa malam (4/11).
Kabar makin panas setelah muncul isu liar di masyarakat: ada uang Rp1,5 miliar yang disebut-sebut mengalir di balik suksesnya “jagoan” kades tersebut.
“Kalau rumor uang itu benar, berarti Pilperades bukan lagi ajang seleksi, tapi transaksi,” ujar salah satu tokoh warga yang geram.
Kasus Serupa di Donorejo dan Bango: Untag Cirebon Ikut Terseret
Tak hanya UNY, kampus Untag Cirebon juga disorot dalam kasus serupa. Dua desa — Donorejo (Karangtengah) dan Bango (Demak) — disebut menggunakan jasa Untag dalam ujian Pilperades dengan pola yang identik: calon “titipan” diloloskan, dan peserta lain hanya jadi pelengkap administrasi.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar:
“Apakah sistem seleksi perangkat desa di Demak sudah dirusak oleh uang dan konspirasi kampus?”
Pihak Terkait Tutup Mulut
Tim media mencoba mengonfirmasi ke pihak FISIP UNY (085647786XXX), Hotline UNY (085158116XXX), serta Untag Cirebon (081313133XXX), namun semuanya bungkam tanpa tanggapan.
Kepala Desa Tlogorejo Karangawen, Tomi, juga tidak merespons panggilan dan pesan konfirmasi yang dikirim oleh awak media.
Sikap diam ini justru makin mempertebal dugaan publik bahwa ada sesuatu yang disembunyikan.
Skandal Pendidikan dan Moralitas Publik
Jika benar dugaan ini terbukti, maka kasus Pilperades Demak bukan sekadar pelanggaran etika seleksi, melainkan pengkhianatan terhadap moral akademik dan kepercayaan publik.
Kampus yang seharusnya mendidik justru turut melegalkan kecurangan.
Rakyat berhak tahu.
Kebenaran tidak bisa dikunci hanya karena status akademik dan jabatan.
Rep : Latif










